'Foto: Pixabay
Bulan puasa sudah di ambang mata ya… di bulan suci ini kita kembali diwajibkan untuk menunda waktu makan dan minum hingga senja tiba. Bicara puasa fisik, di dunia kecantikan juga sedang ramai dibicarakan, soal puasa kulit alias Skin Fasting. Apa itu?
Georgia Day dari British Vogue menjelaskan bahwa sebenarnya istilah ini sudah ada sejak hampir sepuluh tahun lalu setelah salah satu produk perawatan kulit asal Jepang, Mirai Clinical, menyarankan untuk menghentikan penggunaan semua produk perawatan kulit selama beberapa waktu. Hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan pada kulit beristirahat, setelah setiap hari dipapar dengan aneka produk perawatan dan kosmetik. Konon, cara ini akan baik untuk kulit dapat memperbaiki sel-selnya dan meremajakannya secara alami. Prinsip ini sama halnya dengan puasa fisik yang kita lakukan, yang selain untuk ibadah juga memiliki manfaat mengistirahatkan organ pencernaan.
Pertanyaannya: apa kita sanggup melakukannya? Dan apakah memang kulit kita perlu berpuasa?
Ternyata, tidak banyak pakar kecantikan yang mendukung ide ini lho. Alasannya adalah tidak ada bukti ilmiah yang signifikan. Salah satu pakar dermatologi yang diwawancara oleh Day, dr. Anjali Mahto, meragukan ide ini dengan pertimbangan bila kita berhenti membersihkan kulit dengan menggunakan produk perawatan apa pun, seperti sabun pencuci wajah atau cleanser-toner, keringat dan kotoran yang menyumbat pori tidak akan bisa terangkat sempurna. Logikanya mirip dengan mandi. Bayangkan kalau Anda hanya membasuh tubuh dengan air, tanpa sabun atau body scrub. Waduh, nggak deh!
Apalagi soal paparan sinar matahari. Menghentikan tabir surya sama saja dengan mengekspos kulit pada paparan sinar UV yang merusak kulit. Salah-salah, bukan kulit yang melakukan self-rejuvenating, tetapi timbul masalah kulit yang lain.
Saran yang paling dapat diterima adalah melakukan pembatasan penggunaan produk perawatan kulit dan kosmetik, tetapi bukan menghentikannya sama sekali. Hal ini dimaksudkan dengan mempertimbangkan bahwa penggunaan produk perawatan kulit secara berlapis-lapis—bahkan hingga 10 tahap, kalau mengikuti tahapan perawatan ala Korea—memiliki risiko menurunkan efektivitas produk (apalagi bila mencampur produk dari merk yang berlainan, yang mungkin kandungan bahan aktifnya tidak boleh digunakan bersamaan dengan bahan lain), juga meningkatkan risiko iritasi kulit.
Agar kulit tetap cantik, pastikan Anda tidak meninggalkan langkah dasar perawatan kulit sehari-hari: cleanser-toner-moisturizer-sun block.
Memberi batasan pada produk perawatan kulit juga tentu akan bermanfaat untuk budget Anda, kan? Jadi, daripada puasa kulit, lebih baik diet kulit saja! (wn)