Industri mode merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling terkena dampak pandemi COVID-19 saat ini. Beberapa rumah mode kesulitan finansial, melakukan PHK, hingga penutupan usaha akibat pandemi yang mempengaruhi ekonomi. Menurut sebuah laporan Business of Fashion, pemberlakuan lockdown .penutupan toko, semakin menurunnya minat pelanggan department store, hingga pilihan masyarakat berbelanja pada produk fashion berharga lebih murah membuat keadaan memburuk.
Salah satu label fashion yang baru-baru ini melakukan penutupan usahanya disebabkan masalah fiansial akibat dari pandemi yang mendera seluruh dunia adalah Sies Marjan.
Sies Marjan merupakan label pakaian mewah asal New York yang telah berdiri selama 5 tahun dengan dukungan finansial serta tim yang kuat. Pengarah kreatif label tersebut Sander Lak, seorang desainer asal Belanda yang sebelumnya bekerja untuk Dries Van Noten selama 5 tahun. Joey Laurenti selaku Chief Executive dahulu pernah bekerja untuk butik multi label Opening Ceremony. Secara finansial didukung oleh miliarder Nancy dan Howard Marks yang pernah mengakuisisi label Ralph Rucci kemudian menutupnya dan memakai showroom di New York beserta tim rumah mode Ralph Rucci untuk menjalankan Sies Marjan.
Presentasi koleksi pertama dilakukan berskala kecil pada Februari 2016 sebagai bagian dari New York Fashion Week di griya tawang yang belum selesai dibangun. Barclay Tower, Tribeca, New York, Amerika Serikat. Para editor pun diundang secara personal oleh tim humas mereka.
Cerita di belakang terbentuknya merk ini, termasuk koneksi sang desainer beserta investor, dan cara Sander Lak memadukan warna mendapat perhatian Anna Wintour, Natalie Massenet dari Farfetch, dan Stefano Tonchi, mantan editor majalah W.
Namun, dukungan finansial, sosok kuat di balik label, hingga sambutan baik dari awak media dan khalayak mode tidaklah segalanya. Sebagai label mode independen, sangatlah berat bersaing dengan merk mewah lain yang dimiliki perusahaan raksasa seperti LVMH atau Kering dengan sumber daya yang besar. Hal lain yang memberikan masalah adalah mengandalkan kerja sama dengan berbagai department store besar serta multibrand retailer baik secara daring maupun luring yang sudah semakin sulit menggandeng pelanggan dan tidak berinvestasi dalam mendirikan sebuah butik label mereka sendiri.
Sander Lak meluncurkan pernyataan segala yang telah dilakukan oleh mereka adalah mimpi yang telah menjadi kenyataan dan mengucapkan terima kasih kepada seluruh individu yang telah memberikan waktu serta keahlian mereka pada Sies Marjan selama 5 tahun belakangan.
“Sebagai perusahaan independen yang masih muda, kami terdampak signifikan atas COVID-19. Dengan berat hati, kami telah mengambil keputusan yang sangat berat untuk menutup usaha kami,” pernyataan sebuah pos-el yang dikutip dari New York Times. (wn)
Baca Juga: