Makan siang, buat para karyawan di Jakarta, ternyata menjadi ‘perjuangan’ tersendiri. Durasi satu jam untuk istrahat dan mengisi perut ini, bagi karyawan entry level dengan gaji sekitar 5 jutaan rupiah, pilihan makan siang pun menjadi sedikit. Maklum, harga makanan di Jakarta tidak murah. Kalaupun ada menu makan siang yang terjangkau, kebanyakan kelas warteg atau makanan di gerobak kaki lima.
Belum lagi bagi karyawan yang berkantor di gedung-gedung bertingkat,jam makan siang mereka juga sudah terpotong waktu untuk antre lift gedung. Alhasil, makan siang pun jadi terburu-buru karena banyak waktu yang sudah habisuntuk antre turun dan naik lift.
Andy Fajar Handika, founder Kulina.com, sebuah platform pemesanan makan siang secara online menangkap peluang ini. Ia pun menggagas Kulina, yang gampangnya adalah semacam katering makan siang online.
“Kami menyasar market yang spesisifik, yaitu orang kantoran, entry level dengan gaji 5 jutaan yang menurut data potensial marketnya sebanyak 3 jutaan. Kami memang tidak berjualan ke semua orang, termasuk bukan kepada orang-orang yang mampu makan siang di resto setiap hari,” ujar Andy , panggilan akrabnya, di acara workshop kewirausahaan beberapa waktu lalu.
Kulina didesain menjadi penghubung antara konsumen dengan dapur langsung. “Sebetulnya, Kulina ini adalah marketplace buat katering. Pemilik katering tinggal listing produknya di Kulina,” kata Andy.
Karena terjadi hubungan langsung antara konsumen dan katering, maka harga makanan di Kuline bisa dipatok seharga paling murah Rp17.500, dengan gratis ongkos kirim.
“Ini harga yang terjangkau di Jakarta. Kenapa bisa murah? Karena Kulina tidak perlu punya dapur karena dapur mitra Kulina tersebar di seluruh Jakarta, di area-area strategis. Ketika orang langganan makan siang maka dia akan diarahkan dengan dapur terdekat sehingga biaya kirim jadi sangat terjangkau,” Andy menjelaskan.
Untuk mitra Kulina, diterapkan standar yang tinggi untuk kebersihan dan kelayakannya. Selain itu, mitra juga harus mampu berproduksi 100-300 pack per hari secara konstan. “Jadi, nggak naik turun karena biaya produksinya jadi mahal,” imbuh Andy.
Lalu, bagaimana dengan digital marketing Kulina?
Selain menggunakan langkah-langkah seperti menumbuhkan awareness, drive traffic dan menganalisa tipe-tipe pelanggan, yang sudah membeli, dan repeat order, untuk digunakan menanjamkan iklan dan membuat iklan sesuai dengan segmennya, menurut Andy, marketing campaign yang paling kuat adalah dengan membiarkan konsumen yang bercerita.
Karena itu, di Kulina, IG story-nya kebanyakan reshare kosumen yang posting tentang Kulina. “Dengan cara ini kami justru banyak mendapatkan konsumen baru, karena dari data kami menyebutkan 60 persen konsumen baru datang dari referral, yaitu dari teman temannya konsumen yang tahu ada postingan,” ujar Andy yang mengatakan bisnis Kulina ini ia jalankan dari Yogyakarta. (wn)