Wanita Network

Resep Bisnis Kopi Dari Pemilik Kedai Kopi Tuku

Kopi Tuku tidak dipungkiri sebagai trendsetter minuman es kopi susu yang saat ini sedang digemari. Adalah Andanu Prasetyo atau biasa disapa Tyo yang berada di balik toko Kopi Tuku. Memanfaatkan tren aplikasi pesan-antar, Tuku berhasil melebarkan toko mungil di bilangan Cipete, Jakarta Selatan hingga kini memiliki tiga cabang, termasuk cabang terbarunya di Jalan Abdul Madjid, Jakarta Selatan, yang sekaligus berfungsi sebagai warehouse dan kantor.  Berikut ini resep sukses Kopi Tuku.

Memanfaatkan Celah Pasar
 
Ribuan gelas es kopi susu kini bisa dijual Tuku dalam sehari, omzetnya juga sudah ratusan juta rupiah per bulan. Modal Rp500 juta untuk memulai usaha, sudah kembali berkali lipat. Tyo merasakan ‘manisnya’ bisnis kopi. Semua dimulai sejak ia bertekad memberikan pengalaman minum kopi yang berkualitas, enak, tapi murah. Ia menemukan celah antara kopi sachet pabrikan yang harganya antara Rp3.000 - Rp5.000 dengan toko kopi besar dan artisan yang memberikan harga di atas Rp35.000.
 
Ia pun memangkas fasilitas ruang nongkrong yang dilengkapi sofa, untuk bisa menjual kopi seharga Rp18.000 hingga Rp28.000. Istilahnya, grab and go. Selain kopi, makanan yang dijual
pun sederhana, maksimal seharga Rp10.000. Walau terbilang murah, ia tidak main-main. Segelas Kopi Susu Tetangga, menu paling terkenal, dibuat menggunakan ramuan kopi espresso, susu, creamer, dan gula aren cair. Kopi yang digunakan pun hasil roasting (proses menyangrai biji kopi untuk mendapatkan kopi kualitas terbaik) sendiri.
 
Untuk menjaga kualitas, tiap hari seorang petugas melakukan cupping untuk menguji apakah hasil roasting sudah sesuai keinginan. Dalam sebulan, Tuku bisa roasting 5 ton kopi untuk kebutuhan Tuku saja.

Ingin Memberi Impact
 
Di balik keberhasilannya menjual es kopi susu, ada pelajaran berharga bagi Tyo  dan para pelaku industri kopi. Selama ini, para penikmat kopi berlomba-lomba menjadi ‘pakar’ hingga lahirlah kalangan yang menganggap kopi yang berkualitas itu hanya jenis arabika serta minum kopi yang benar itu harus kopi hitam.
 
Tyo mengaku pernah menjadi coffee snob. Tapi kemudian ia berpikir, apa ini yang ia inginkan? Sebagai pengusaha kopi, ia ingin kopi enak dan bisa dinikmati lebih banyak orang,
sekaligus memberi impact lebih besar bagi petani kopi. Tekadnya satu, ia ingin meningkatkan taraf hidup petani kopi dengan cara membeli lebih banyak biji kopi.
 
Bisnis Ala Anak Rumahan
 
Toko kopi Tuku yang didirikan Juni 2015 itu semula hanya ditargetkan menjual 360 gelas kopi sehari. Melihat hasilnya sekarang, Tyo mengaku tidak pernah memiliki ekspektasi berlebihan, meski begitu ia sangat gembira. Bagi Tyo mendapat pengakuan dari orang tua adalah sebuah keberhasilan tersendiri. Apalagi sejak kecil hidupnya datar-datar saja, tanpa prestasi akademis yang bisa dibanggakan. Ia juga mengaku punya tingkat mager (malas bergerak) yang tinggi, hingga hampir semua aktivitasnya berlangsung tak jauh dari rumah.
 
Di mata bungsu dari dua bersaudara ini, sebuah bisnis yang baik adalah yang tidak menghilangkan unsur manusia. Itu sebabnya, ia selalu menekankan kepada karyawannya yang kini sudah berjumlah sekitar 100 orang untuk sepenuh hati memberikan pelayanan terbaik kepada pembeli. Ia juga tampak akrab dengan beberapa sopir ojek online yang ditemui di tokonya.

Kesuksesan Tuku dalam membuat tren kopi susu, tidak mengubah sikap Tyo yang cenderung santai dan tidak berharap berlebihan terhadap apa pun dalam hidup. Prinsip hidup yang diakui Tyo terpengaruh dari kedua orang tuanya yang seorang kontraktor.

Foto: Pexels
 

Artikel Terpopuler

Emagz