Foto: Pexels
Jatuh cinta berjuta rasanya. Tak ada waktu terlewat sedetik pun untuk tidak memikirkannya. Jantung berdebar kencang hanya dengan menyebut namanya? Perasaan tiba-tiba berbunga-bunga saat mendengar suaranya? Makan tidak doyan, tidur tidak lelap, tidak kerasan jauh dari si dia? Pokoknya jungkir balik saat mengingat sosoknya.
Nah, bisa jadi, Anda memang sedang jatuh cinta. Tapi, ingat, bisa juga Anda hanya sedang tergila-gila. Sepintas memang mirip; cinta dan tergila-gila. Tapi mereka tak sama. Cinta itu begitu sakral, kehadirannya nyata. Sementara tergila-gila adalah emosi yang bersifat tidak permanen tapi ia datang sangat intens. Datangnya serupa cinta. Ia datang bersama nafsu dan hasrat, tapi mereka berbeda.
Mengutip
mindbodygreen, nafsu itu keinginan kuat dari sifat seksual yang didasarkan pada ketertarikan fisik. Di sini, hormon seksual berperan penting. Dua individu bisa mengubah nafsu mereka jadi cinta romantis mendalam, meski butuh waktu. Sebab nafsu ternyata kerap kali adalah bagian dari tahap pertama jatuh cinta.
Menurut
Helen E. Fisher, antropolog biologi sekaligus peneliti hubungan romantis, tahap nafsu yang terlampaui bisa berkembang menjadi fase kedua yang disebut tahap ketertarikan. Fase di atas nafsu itu, menurut temuan Fisher, serupa orang jatuh cinta. Susah tidur, hilang nafsu makan, dan senyum-senyum sendiri saat membayangkan si dia, adalah segelintir tanda-tandanya.
Jadi bisa dibilang, jatuh cinta mirip tergila-gila. Kenapa bisa begitu?
Karena produksi
neurohormon seperti
dopamin,
norepinefrin, dan
serotonin, meningkat dan jadi kalang kabut di dalam tubuh. Mereka melepaskan takaran yang tak semestinya. Itu sebabnya jantung Anda berdebar tak terkontrol, tubuh pun panas dingin mendadak, dan mungkin membuat Anda serasa gila.
Namun, karena tergila-gila rasanya begitu memabukkan, orang cenderung tidak mengubah perasaan itu jadi cinta. Makanya hubungan yang dijalin atas dasar perasaan tergila-gila jarang berhasil. Suatu pasangan bisa saja menunjukkan hubungan romantis 'gila-gilaan' di awal, cenderung tak memperlihatkan konflik setelahnya, lalu berpisah dengan alasan tak lagi memahami satu sama lain. Itu karena mereka tak pernah membangun cinta yang sebenarnya. Akhirnya rasa tergila-gila cuma membutakan mata.
Jika kita sering kaget mendengar kabar perpisahan para selebriti yang selalu tampak mesra di layar kaca, mungkin hubungan mereka yang superromantis itu kandas bukan karena saling tak memahami, tapi tak bisa menerima bahwa kenyataannya satu kebaikan ada di antara seribu keburukan. Itulah salah satu yang membedakan antara cinta dengan sekadar tergila-gila.
"Rasa tergila-gila terjadi dengan cepat. Ini dipicu oleh fantasi, ilusi, atau seks yang hebat. Ini adalah alam mimpi. Kita membayangkan masa depan dengan kekasih hati, tapi dibuat sesuai keinginan kita,” kata
Susan Winter, ahli hubungan dan penulis buku-buku laris soal percintaan.
Kesimpulannya: tergila-gila itu fana, ia mungkin bisa bertahan selama memungkinkan. Tapi tergila-gila akan sulit bertahan menghadapi ujian cinta yang tiada akhir. Camkan itu!