Foto: Instagram/@glennfredly309
Rasanya cepat sekali, Bung. Kabar kepergianmu begitu mendadak. Ya, kematian memang pasti datang. Tapi kami tak menduga secepat ini, Bung. Rasanya seperti baru kemarin kau menemani kami yang sedang dimabuk cinta dengan lagu-lagumu. Rasanya seperti baru kemarin kau cabik hati kami yang didera perih putus cinta karena lirik-lirikmu. Rasanya seperti baru kemarin kau bahagiakan pernikahan-pernikahan kami dengan irama lagu-lagumu. Rasanya seperti baru kemarin kau menjadi ‘penyambung lidah’ kami dengan kenyataan yang tak selalu memihak, Bung.
Kami sedih, Bung. Sebagai pencatat segala peristiwa di hidup kami, kau belum tergantikan. Tak akan kami dengar lagi suara khasmu yang selalu berhasil memainkan perasaan kami. Kami kehilangan, Bung. Kami kehilangan Januari, Kasih Putih, Akhir Cerita Cinta, Sedih Tak Berujung, Sekali Ini Saja, Sabda Rindu, Kembali ke Awal, dan masih banyak lagi karya-karya terbaikmu yang membuat hidup kami begitu berwarna.
Entahlah, Bung. Kepergianmu meninggalkan sesak di dada dan sembab di mata kami. Kami kehilangan kata. Kau tak sekadar bernyanyi dengan hati. Kau juga manusia yang peduli. Tak hanya peduli, tetapi kau juga wujudkan semua pedulimu itu dengan perbuatan. Kau cintai musik duniamu dan membantu semua yang terlibat di dalamnya. Kau perjuangkan hak cipta musisi, kau inisiasi Musik Bagus bagi mereka yang ingin belajar tentang musik. Kau salah satu yang jarang dari pesohor negeri ini yang peduli dengan kemanusiaan dan kebebasan beragama. Kau bersama mereka merasakan kesedihan dengan orang-orang kehilangan. Berdiri bersama warga GKI Yasmin yang tergusur rumah ibadahnya. Surat dari Praha, film-mu itu, Bung. Sungguh membuat ingatan kami melayang di tahun 1965 yang kelam. Kau bangkitkan semangat orang-orang timur dengan Cahaya dari Timur. Kau bilang dengan lantang, “Indonesia tidak akan pernah ada tanpa Papua, Maluku, dan NTT.”
Pribadimu yang hangat adalah cerminan lembut hatimu, Bung. Cintamu pada negeri ini seperti tak pernah habis. Air matamu acapkali jatuh saat kau nyanyikan tembang-tembang tentang tanah air. Tak banyak musisi sepertimu, Bung. Kau spesial di hati kami.
Buat Gewa Atlana Syamayim Latuihamallo, jika kau besar nanti, kami akan ceritakan padamu betapa ramah, bersahabat dan hangatnya ayahmu. Meski ayahmu pergi beberapa minggu setelah kamu lahir, namun kau akan bangga punya ayah bernama Glenn Fredly.
Sio, Bung Glenn. Tuhan paleng sayang ale, Bung. Selamat jalan, bae-bae. (wn)