Foto: Istimewa
Selalu ada yang pergi. Kematian itu. Sesuatu yang pasti. Tak kembali. Tapi ia hadir selalu tak jauh. Kapan saja dan di mana saja. Saat duka pun suka. Kita, manusia selalu punya pembenaran untuk mengambil hikmah dari peristiwa kehilangan. Tapi kehilangan tetaplah kehilangan. Ia menyisakan pedih. Apalagi jika kehilangan ibunda tercinta.
Sudjiatmi Notomihardjo, perempuan berwajah teduh itu telah meninggalkan kita. Siapa yang menyangka dari rahim perempuan kelahiran 15 Februari 1943 ini telah lahir seorang tokoh bangsa: Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia. Seorang ibu sederhana melahirkan putra yang sederhana. Seorang ibu yang kuat melahirkan putra yang kuat.
Selain Joko Widodo, Sudjiatmi yang menikah dengan Widjatno Notomihardjo dikaruniai tiga orang anak lainnya, yaitu Lit Sriyantini, Titik Relawati, dan Ida Yati. Bersama sang suami, Sudjiatmi menggeluti usaha perkayuan peninggalan kedua orang tuanya, Wirorejo dan Sani.
Mendoakan para pembencinya
Masih belum lupa dari ingatan, betapa tidak mudah menjadi Presiden Jokowi. Fitnah dan caci maki sering terlontar. Tak hanya kepada Presiden Jokowi, tetapi juga kepada Ibu Noto. Entah apa yang merasuki mereka para pembenci itu. Semua yang berkaitan dengan Presiden Jokowi tak lepas dari hujatan mereka. Seolah mereka tidak punya hati sampai berani menghina seorang ibu. Seolah mereka lupa bahwa mereka juga lahir dari rahim seorang ibu.
Tapi, lihatlah. Tak pernah sedikit pun, Ibu Noto membalas segala celaan dan hinaan. Bahkan beliau mendoakan semua orang yang membencinya, “Saya mendoakan yang memfitnah mendapatkan bimbingan Allah SWT. Karena yang dituduhkan tidak ada buktinya dan keluarga saya tidak ada yang terlibat. Bila terhadap yang dituduhkan kita tidak melakukan, maka isyarat dukungan Tuhan adalah kita diberikan ketenangan, alhamdulillah saya sangat tenang menghadapi semua ini.”
Doa dari yang kehilangan
Begitu teduh tutur katanya. Kita semua kehilangan. Seluruh masyarakat Indonesia kehilangan. Seorang ibu dengan wajah teduh, penuh cinta. Seorang ibu yang dengan tegar mendampingi anaknya menjadi pemimpin negeri ini. Seorang ibu yang dengan keikhlasan berkenan memberi maaf dan mendoakan para pembenci. Bangsa Indonesia kehilangan seorang ibu dengan kesederhanaan hidup meski anaknya menjadi orang nomor satu di negara ini.
Doa kami selalu bersamamu, Ibu Noto. Doa kami juga bersama Presiden Jokowi dan keluarga. Kami yakin Presiden Jokowi dan keluarga diberi ketabahan. Kami yakin Presiden Jokowi akan tetap tegar dan kuat dalam menghadapi masa-masa sulit seperti ini. Saat harus bekerja keras untuk menanggulangi pandemi, harus pula kehilangan sosok yang dicintainya.
Presiden Jokowi Mohon Doa Masyarakat Untuk Almarhumah Ibunda (Foto: Dok. www.setneg.go.id)
Seperti kata pepatah Jawa: tatag, teteg, tutug. Kita harus yakin bahwa kita kuat dan tegar dalam menghadapi segala cobaan untuk menghasilkan kebahagiaan bagi semua orang.
Selamat jalan, Ibu Noto. (wn)