Foto: Netflix
Andai saja 15 tahun lalu dia menuliskan namanya sendiri pada surat-surat itu, alih-alih mencomot nama Nam Do-san. Atau, andai saja ia berani mengakui pada Seo Dal-mi kalau dirinya lah yang menulis surat-surat yang menemani Dal-mi di masa-masa paling buruk dalam hidupnya dulu.
Andai, dan andai mungkin itu yang dipikirkan para penonton drama Korea Start-up yang sedang tayang di Netflix. Drama dengan mengambil cerita anak-anak muda yang berjuang mewujudkan mimpi juga pembuktian diri termasuk balas dendam dengan berpusat pada bisnis rintisan atau
start-up ini kini sedang banyak dibicarakan. Selain kelokan cerita, khas K-drama, yang mengharu biru dan tentang bisnis
start-up yang belum banyak diigarap drama lain, Start-up juga menyebar
second lead syndrome.
Bagi penggemar K-drama, tentu tak asing dengan istilah
second lead syndrome, ketika penonton jatuh cinta pada tokoh cowok kedua, yang ‘ditakdirkan’ tidak bakal mendapatkan cinta cewek yang menjadi tokoh utama. Namun, meski garis hidupnya begitu, diam-diam banyak yang berharap si
cewek tokoh utama ini hidupnya akan bahagia bila
jadian dengan tokoh
cowok kedua ini.
Banyak hal mengapa second lead syndrome bisa terjadi. Pertama, bisa jadi karena akting pemeran
cowok kedua ini terlihat lebih kuat ikatan kimianya dengan pemeran utama wanita. Tapi, bisa juga karena tampilan fisik dan pesona
cowok tokoh kedua ini memang bikin penonton oleng. Hmm…
Sindrom inilah yang sedang ditebar Han Ji-pyeong yang diperankan oleh Kim Seon-ho. Sebagai
cowok kedua, seperti sudah ditakdirkan kalau Ji-pyeong tak bakal bisa
jadian dengan Dal-mi, tokoh utama wanita (diperankan Bae Suzy), tapi Seon-ho berhasil mengeluarkan pesona luar biasa dalam sosok Ji-pyeong yang membuat banyak penonton Start-up jatuh cinta padanya.
“Karakter saya merupakan gambaran dari seseorang yang mencapai kesuksesan di usia muda. Dia memiliki apartemen, mobil, juga jam tangan mewah. Dia juga modis dan keren,” ujar Kim Seon-ho dalam konferensi pers saat peluncuran K-drama ini bulan Oktober lalu.
“Namun, meski lidahnya tajam, ia sesungguhnya berhati lembut,” lanjut Seon-ho tentang karakternya sebagai manajer investasi sukses yang dijuluki Gordon Ramsay of Investment.
Ji-pyeong tidak hanya lembut, tetapi ia juga mendapat julukan “good boy,” dari nenek Dal-mi yang mengenalnya sejak masih remaja.
Buat yang belum menonton drama ini, sedikit latar belakang dari Ji-pyeong adalah ia sebetulnya sahabat pena Dal-mi, yang terhubung dengan surat-surat yang dikirimkan atas inisiatif nenek Dal-mi. Dal-mi yang baru berusia pra-remaja sedang dalam kondisi terburuk dalam hidupnya. Sayangnya, Ji-pyeong tak menulis namanya sendiri, melainkan mencomot nama Nam Do-san yang fotonya ia lihat di koran karena menang Olimpiade Matematika.
Singkatnya, ketika mereka semua tumbuh dewasa, Ji-pyeong menjadi pebisnis sukses, Do-san (diperankan Nam Joo-hyuk) sedang merintis bisnis teknologinya yang bernama Samsan Tech sedangkan Dal-mi ingin sekali memiliki bisnis sendiri. Mereka bertemu di Sandbox, suatu tempat utopis yang memberikan investasi bagi anak-anak muda dengan ide bisnis brilian. Kisah antara Ji-pyeong, Dal-mi dan Do-san pun bergulir dengan kelokan-kelokan di setiap episodenya.
Memang, Start-up bukan kali pertama Seon-ho menebarkan
second lead syndrome. Sebelumnya, ia pernah melakukannya di “100 Days My Prince”. Namun, di Start-up, penonton sejak sudah jatuh cinta pada Ji-pyeong sejak episode pertama.
Mengapa? Karena penonton tahu bagaimana perjuangannya untuk meraih sukses. Selain itu, lewat surat-surat yang membuat Dal-mi jatuh cinta, demikian juga pemirsa serasa ikut menemukan cinta pertama pada diri Ji-pyeong. Namun, lagi-lagi, karena
second lead character, Ji-pyeong pun tak berani menunjukkan cintanya pada Dal-mi ketika mereka sama-sama dewasa. Ini yang bikin gemas, juga jadi sedih. Tak heran, penonton drama yang sudah tayang 8 episode ini betul-betul kian parah terinfeksi sindrom tokoh kedua. (wn)
Baca Juga: