Foto: Instagram/kalistaiskandar
Pemilihan Putri Indonesia (PPI) memang menjadi salah satu ajang yang ditunggu masyarakat Indonesia. Karena, pemerang Putri Indonesia juga akan mewakili Indonesia ke tingkat dunia lewat pemilihan Miss Universe. Tak heran, bila pemilihan Putri Indonesia menjadi target banyak wanita muda kita.
Dari acara grand final pemilihan Putri Indonesia yang berlangsung Jumat (6/3) lalu, nama Kalista Iskandar, finalis dari Sumatera Barat, menjadi bahan pembicaraan. Tak lain karena Kalista tidak mampu melafalkan kelima Pancasila, pertanyaan yang diajukan oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo.
Kalista hanya bisa menjawab dengan benar sila satu hingga tiga, dan salah lafal pada sila empat dan lima. Kontan, penonton menyoraki Kalista, yang meski tampak gugup, berusaha mengatasi ‘masalah’ yang sedang membelitnya di panggung. Media social pun sontak penuh dengan komentar ala netizen maha benar, yang banyak mengolok-olok Kalista. Termasuk mempertanyakan nasionalisme Kalista, yang berdarah Indonesia-Amerika Serikat ini.
Kalista kemudian menuliskan perasaannya lewat Instagram story di akun @kalistaiskandar: "The biggest thing to take from tonight is that it's okay to be nervous as long as you continue to hold your head up high and stay proud of you are.”
Ia juga menyelipkan harapan untuk selalu menarik pelajaran dari setiap peristiwa yang ia alami:
This will be something for me to learn from. It isn't the end of my journey, it's just the beginning. Stay safe, stay proud of who you are, and stay kind of each other," imbuhnya.
Di tengah kontroversi, dari Sumatera Barat juga keluar pernyataan resmi Biro Humas Setda Provinsi Sumbar terkait Pemilihan Putri Indonesia 2020, yang menyatakan bahwa Pemprov Sumbar tidak ada kaitan apapun dengan Kalista dan tidak pernah memberikan rekomendasi maupun izin kepada seseorang atau lembaga untuk mewakili Provinsi Sumbar di PPI 2020.
Namun, kemudian dukungan kepada Kalista mulai mengalir. Tantowi Yahya, mantan presenter dan host di banyak acara televisi yang kini menjadi duta besar Indonesia untuk New Zealand dalam tulisan yang beredar cepat di sosial media mengatakan, bahwa dalam kondisi di bawah kegugupan dan tekanan psikologis lainnya, seseorang bisa saja lupa terhadap hal yang mudah sekalipun. Dalam kondisi demikian, seseorang bisa saja ‘hilang’ kesadaran (black out).
Belajar dari pengalaman, di acara-acara live, Tantowi menyarankan untuk tidak ada lagi pertanyaan yang jika dijawab dengan betul orang tidak kagum, tetapi jika salah bisa menciptakan aib bagi yang bersangkutan. “Saya bisa merasakan suasana hati Kalista setelah kejadian tersebut dan mudah-mudahan ia bisa segera bangkit dan kembali bersemangat,” tulis Tantowi.
Dukungan juga datang dari Najwa Shihab, dengan dibarengi unggahan di Instagramnya bahwa dirinya juga pernah gugup sehingga salah menyebut nama dirinya, saat siaran perdana. Bahkan, Bambang Soesatyo pun saat mengucap sumpat saat dilantik sebagai Ketua DPR juga salah mengucap sumpah hingga tiga kali. We are all humans after all, kata Najwa. (wn)