Era otoatisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelegence menawarkan peluang kerja baru dan kemajuan ekonomi. Namun perubahan ini tentu akan berdampak besar pada dunia kerja, khususnya wanita bekerja. Tantangan ini tentu perlu dihadapi dengan pengetahuan dan persiapan yang matang.
Gender Equality dan Pertumbuhan Ekonomi Menghadirkan enam pembicara, yaitu Phillia Wibowo - Indonesia Managing Partner for McKinsey & Company, Monica Rudijono - CMO Lazada Indonesia, Devie Rahmawati - Universitas Indonesia, Rianti Sulamet Ariobimo - Universitas Trisakti, Iki Sari Dewi - Director of Operation Grab Indonesia, dan Yani Motik - Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia, dengan Budi Sulistianingrum - Human Capital Business Partner & Operational Manager PT Pertamina Hulu sebagai moderator, Leap Summit mengangkat topik The Future of Women at Work: Transformation in the Age of Automation pada Leap Conference tanggal 22 Desember 2020. Phillia menuturkan fakta bahwa gender equality di dunia kerja meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi. “Dengan lebih banyak wanita yang bekerja secara produktif, potensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa mencapai 135 miliar US dollar. Sementara di tingkat global mencapai 28 triliun US dollar,” ujarnya. Di sisi organisasi, perusahaan yang punya tiga atau lebih wanita di jajaran pemimpinnya memiliki beberapa kelebihan, seperti organisasi yang lebih sehat dan kuat, kapabilitas kepemimpinan yang luas, pengambilan keputusan dan corporate governance yang berkembang, kondisi Keuangan yang lebih baik, serta pola pikir yang beragam. Gender equality di dunia kerja pun memengaruhi gender equality di masyarakat. Ini berarti kualitas kehidupan wanita secara umum pun dapat meningkat. Perkembangan teknologi dan penggunaannya di dunia kerja menjadi hal yang tak terhindarkan. Kita pun harus bersiap-siap memasuki era otomatisasi dalam satu dekade mendatang. Menurut Rianti, teknologi adalah sesuatu yang bisa membantu manusia menjalankan hidupnya dengan nyaman. Jika menelisik sejarah revolusi industri, teknologi mulai mengubah hidup manusia lewat mekanisasi tenaga uap. Revolusi industri kedua terjadi berkat teknologi produksi massal. Revolusi industri ketiga adalah komputerisasi dan otomatisasi. “Yang kita akan hadapi di era otomatisasi adalah revolusi industri keempat, atau 4.0, yang merupakan perkembangan dari revolusi industri ketiga,” papar Rianti. Menurut data McKinsey & Company yang dipresentasikan oleh Phillia, di era otomatisasi, bukan pekerjaan yang diotomatisasikan, tapi aktivitas kerjanya. Meski begitu, tetap ada risiko kehilangan pekerjaan, walaupun peluang pekerjaan baru yang mungkin timbul juga tinggi. “Antara tahun 2020 hingga 2030 diperkirakan ada 23 juta pekerjaan yang hilang karena otomatisasi. Namun, ada 46 juta pekerjaan yang akan timbul karena pertumbuhan ekonomi, pembangunan yang tinggi, serta pekerjaan di era baru,” jelasnya.
Pentingnya Mengasah Soft Skills Budaya yang menomorduakan wanita tak urung membuat mayoritas wanita Indonesia lebih inferior dibandingkan pria di dunia kerja. Terlebih jika harus berhubungan dengan teknologi. Menurut Rianti, ini kekhawatiran yang tidak beralasan karena wanita pada dasarnya adalah pengguna teknologi yang mudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi. “Secara psikologis, wanita sangat piawai dalam multitaksking. Jadi yang terpenting adalah kemauan untuk mengembangkan diri, sehingga wanita memiliki peluang untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan baru yang timbul di era 4.0,” ujarnya. Yani berpendapat, kemampuan beradaptasi dengan teknologi ini tidak menjadi masalah bagi generasi muda yang lahir di era teknologi, berbeda dengan generasi Y atau baby boomer. Meski begitu, itu bukanlah hal yang tidak mungkin dilakukan. Terlebih lagi, yang lebih dilihat oleh industri bukanlah ijazah, tapi skills yang dimiliki, khususnya soft skills. Pendapat Rianti diperkuat oleh Monica. Sepanjang pengalamannya berkarier di perusahaan berbasis teknologi, ia menilai yang terpenting adalah pemahaman bisnis, kemampuan membaca dan menganalisa data, kemampuan membaca tren, serta memahami consumer insight. Hal serupa juga dituturkan oleh Iki. Pengalaman mengajarkan pentingnya untuk terus belajar. Khususnya belajar untuk mengatasi tantangan dengan melihat tantangan sebagai kesempatan untuk berinovasi, menciptakan lingkungan yang tepat, dan memiliki mindset yang terus berkembang. Menurut Phillia, ada 4 skills yang lebih dibutuhkan di era otomatisasi, yaitu keahlian yang spesifik, interaksi dengan stakeholders, manajemen dan pengembangan SDM, serta kemampuan memecahkan masalah. Semua itu adalah soft skills yang menurut Budi, atay yang biasa dipanggil Ayang, bisa dipelajari, namun tidak mudah. “Penguasaan soft skills baru bisa diperoleh melalui pengalaman,” tanggapnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Devie mengenai Pengetahuan, Pengalaman, dan Perilaku Tenaga Kerja Muda di Mata Profesional Industri pada tahun 2018-2019. Riset tersebut menunjukkan pandangan terhadap tenaga kerja muda yang positif, khususnya dalam kreativitas dan inovasi yang sangat tinggi. Namun, akses pengetahuan yang dimiliki tidak sejalan dengan keterampilan, khususnya soft skills. Kabar baiknya, hasil riset terbaru di masa pandemi menunjukkan bahwa pengalaman kerja di masa pandemi mengubah kendala tersebut. “Tantangan justru membentuk tenaga kerja muda memiliki daya tahan yang tinggi, adaptif, serta kreatif. Pengalaman kerja adalah kesempatan mahasiswa, calon tenaga kerja muda, untuk mengasah soft skills. Hasilnya terlihat nyata dari perubahan etika sebelum dengan sesudah praktik bekerja,” ujar Devie. Revolusi industri keempat atau 4.0 adalah hal yang tak bisa dihindari. Yang bisa kita lakukan adalah belajar untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi. “Jangan takut untuk berubah. Di era teknologi yang dinamikanya tinggi, agility terhadap perubahan sangatlah penting. Demikian juga dengan kemampuan untuk berkolaborasi yang merupakan bagian dari soft skills dan mempelajari skills baru yang tidak bisa dilakukan oleh mesin atau robot,” papar Ayang menyimpulkan diskusi hari itu. (wn)