Wanita Network

Dari Hemingway Hingga Murakami, Tip WFH Produktif Ala Penulis Kenamaan

Foto: Pexels

 

Pandemi corona virus telah membuat banyak orang harus bekerja dari rumah. Karena hal ini bagi sebagian besar dari kita adalah hal baru, maka belajar dari orang-orang yang sukses bekerja dengan ‘mengisolasi’ diri, salah satunya adalah penulis.

 

Para penulis terbiasa dengan deadline buku dan project sesuai dengan passion mereka yang ‘harus segera ditulis sekarang’ biasanya akan mengunci diri hingga pekerjaan mereka selesai. Mereka menyetok makanan, mengurangi komunikasi dengan dunia luar, membuat jadwal rutin dan disiplin melakukannya dan menjaga kesehatan dengan istirahat yang cukup dan makanan sehat.

 

Berikut ini beberapa tip dari para penulis untuk kita yang sedang work from home dan menjalani social distancing untuk memimalkan sebaran corona virus:

 

Dahulukan Yang Berat-berat

Bagi yang bekerja dengan tim, memang harus menyesuaikan dengan jadwal tim. Namun, bagi yang bekerja individual, tipnya adalah seize the day early.

 

Setiap hari Ernest Hemingway memulai menulis sejak pukul 06.00. Ini adalah rutinitasnya. Seperti yang pernah ia ceritakan kepada Paris Review. “Ketika saya sedang mengerjakan buku atau cerita, setiap pagi, begitu cahaya matahari pertama muncul, saya mulai menulis. Tidak ada orang yang akan menganggu kita. Udara dingin akan segera hangat seiring dengan kita bekerja,” ujar Hemingway

 

Saat bekerja di rumah, mulailah dengan mengerjakan tugas terbesar hari itu, misalnya presentasi atau report yang harus segera diselesaikan, kerjakan sepagi mungkin. Memang pasti aka nada saja hal-hal yang tidak bisa kita kontrol, tapi di pagi hari energi dan semangat kita lebih besar.

 

Di pagi pagi juga lebih sedikit distraksi, dari chat group yang berisi tentang perkembangan terakhir pandemik yang membuat kita seram dan takut.

 

Bikin Jadwal Rutin dan Disiplin

Kita perlu membuat jadwal rutin dan disiplin mematuhi jadwal tersebut jika ingin produktif selama working from home. Kebanyakan penulis memiliki jadwal yang rutin dan kedisiplinan seperti halnya para tentara. Mereka bangun di jam yang sama tiap hari, memiliki target berapa kata yang harus diselesaikan, jam kapan mereka menaruh pena, waktu untuk olahraga, bahwa waktu untuk mereka bersantai dan minum-minum. Untuk penulis masa kini, adalah disiplin kapan mereka menggunakan internet dan bersosial media.

 

Bahkan interaksi dengan orang lain pun ada jadwalnya. Graham Greene menulis di the End of the Affair mengatakan, “Ketika saya masih muda, bahkan hubungan asmara bisa mempengaruhi jadwal saya. Pacaran saya jadwalkan setelah selesai makan siang.”

 

Untuk memudahkan perencanaan, tulislah to-do list pada malam sebelumnya. Jadi, begitu bangun tidur, kita sudah tahu apa yang harus segera diselesaikan. “Saya bekerja berdasarkan list yang sudah saya buat dan disiplin mematuhinya. Di akhir hari, meskipun saya hanya duduk di kursi, saya akan merasa puas akan pencapaian hari ini,” katanya.

 

Sementara penulis Kurt Vonnegut mengatakan rutinitasnya seperti ini: “Saya bangun pada pukul 5.30, langsung bekerja sampau pukul 08.00, sarapan di rumah, lalu bekerja lagi smapai pukul 10.00, berjalan-jalan beberapa blok di sekitar rumah, mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, ke kolam renang dan berenang sendirian, kembali ke rumah pukul 11.45, membaca surat, makan siang. Dan di sore hari, saya mengerjakan tugas-tugas sekolah, entah itu mengajar atau menyiapkan bahan ajar.”

 

Pada pukul 5.30 sore, waktunya bersantai dan minum Scotch dan pergi tidur pada pukul 10 malam. Untuk olahraga, dia melakukan push ups dan sit-ups.

 

Olahraga Tiap Hari

Penulis Jepang Haruki Murakami adalah orang yang sangat peduli dengan olahraga. Pada tahun 2014 dalam sebuah wawancara, dia mengatakan, “Saat saya sedang menulis novel, saya bangun jam 04.00 pagi dan bekerja hingga jam 5 atau 6 pagi. Di sore hari, saya lari sejauh 10 kilometer atau berenang sekitar 15, kilometre atau melakukan dua-duanya. Setelah itu, saya akan mendengarkan music dan pergi tidur jam 9 malam. Saya melakukan ini tiap hari tanpa ada variasi. Pengulangan menjadi hal yang penting, karena sebagai bentuk meditasi untuk diri sendiri untuk mencapai kesadaran diri yang lebih dalam.”

 

Bahkan jika Anda tingga di rumah atau apartemen yang mungil, olahraga tetap menjadi hal penting.

 

Internet menjadi musuh

Social distancing memang akan jauh lebih berat tanpa internet. Karena di era digital ini, semua pekerjaan bisa diselesaikan dnegan bantuan internet. Namun, di sinilah tantangannya. Karena, kita harus disiplin untuk tidak menghabiskan sepanjang waktu untuk bermain sosial media. Akan jauh lebih efektif untuk mengarantina diri dari sosial media.

 

Para penulis top memang banyak yang memandang internet sebagai musuh dari produktivitas mereka. Dan selama bertahun-tahun mereka menjalankan gaya hidup untuk meminimalkan online selama proses menulis.

 

Novelis Zadie Smith misalnya, tidak memiliki smartphone. Sementara, Jonathan Franzen menulis di ruangan yang tidak memiliki wifi dan membuat komputernya tidka terhubung dengan internet. Penulis Australia Benjamin Law merekomendasikan aplikasi Forest yang bisa menonaktifkan social media dan internet dalam jangka waktu tertentu agar bisa konsentrasi saat bekerja. (wn) 

 

 

Artikel Terpopuler

Emagz