Wanita Network

Profesi PR Ditantang untuk Responsif di Tengah Krisis Covid-19

Foto : Pexels

 

Perubahan kenormalan di masa pandemi Covid-19 sekarang ini menuntut semua sektor harus merespons cepat, termasuk dunia profesi Public Relation (PR). Demikian dikatakan oleh Dirjen Informasi Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Widodo Muktiyo dalam sambutannya di webinar Krisis Covid-19 dan Tantangan Setelahnya: Bagaimana Seharusnya Kerja PR, Rabu (13/5/20) melalui aplikasi Zoom. 

 

Widodo memaparkan fakta-faktanya, seperti Covid-19 akan mendorong perubahan kebijakan baik itu ekonomi dan politik dunia ke depan. Begitu juga perspektif, sikap, serta perilaku masyarakat yang akan turut berubah, seperti konsep bekerja, budaya hidup sehat, dll. Saat ini ada tsunami informasi, banyaknya informasi yang tidak sehat terkait dengan Covid-19. Pengelolaan informasi publik pun punya warna yang bermacam-macam. Turunnya mobilitas dan naiknya stay at home lifestyle, dan tak kalah penting adalah empathic society yakni masyarakat bahu-membahu dan bergotong royong.

 

Sementara itu, Ketua Umum APPRI (Asosiasi Perusahaan PR Indonesia) Jojo S. Nugroho menyampaikan tantangan profesi PR selama pandemi Covid-19 yang tak menentu kapan berakhirnya, antara lain:

 

1. Branding with Emphaty

Branding with emphaty akan lebih powerful ke depannya, bukan hanya saat pandemi. Masyarakat cenderung hidup dalam kekhawatiran. Penting bagi perusahaan untuk menggunakan strategi marketing yang asertif. Bila pola pikir saat ini yaitu menghidari topik Covid-19, maka kesempatan pola pikir baru ialah menjadi pengantar pesan kebaikan dengan menyebarkan informasi yang baik dan kontekstual.

2. A New Normal: Virtual Event

Bisnis event organizer, live konser, live entertainment akan butuh waktu lama untuk recovery. Sementara itu konsumen butuh hiburan. Bisnis personalized event, virtual event akan booming, virtual experience akan berlaku untuk konser musik, MICE termasuk virtual press conference. Bila pola pikir saat ini yaitu bisnis seperti biasa, maka kesempatan pola pikir baru ialah menjadi ‘penghibur baik’ memberikan hiburan bermanfaat bagi masyarakat.

3. Social Responsibility:  Sustainable Business

Kegiatan corporate social responsibility (CSR) akan membangun kohesivitas dengan masyarakat dan membantu mereka optimis menghadapi pandemi. Korporasi harus menjadi bagian dari solusi, dan akan menjadi brand building terampuh selama dan sesudah pandemi. Bila pola pikir saat ini yaitu brand tidak melakukan apa-apa, maka kesempatan pola pikir baru ialah menjadi roda penggerak sosial untuk membantu masyarakat terdampak.

 

"Pandemi Covid-19 membuat PR pemerintah dan swasta berinovasi dalam menyampaikan pesan yang baik kepada masyarakat. Indonesia harus bisa bersaing dengan negara lain dan PR lah yang menjadi ujung tombaknya," tegas Jojo. 

 

Webinar yang digelar oleh PR Indonesia ini  dihadiri pula oleh Endra Saleh Atmawidjaja dari Kemenpupr, Arif Mujahidin dari Danone Indonesia, Maria Wongsonagoro dari PR Indonesia Guru, dan Elvera Makki dari Indonesia Chapter. (wn)

Artikel Terpopuler

Emagz