Foto: Pixabay
Beberapa waktu belakangan, status keju
mozzarella sebagai primadona penambah kelezatan makanan mendapat saingan serius dari keju
raclette. Sama-sama meleleh namun lebih gurih, keju
raclette banyak dilirik resto-resto sebagai pendamping menunya.
Telah lama dibuat oleh petani di Swiss
Keju
raclette berasal dari wilayah Valais di Swiss dan Savoie di Prancis. Jenis keju ini telah ada sejak tahun 1291, dibuat oleh para petani serta gembala yang tinggal di sana menggunakan bahan utama susu sapi yang dipasteurisasi.
Para gembala dari Swiss zaman dulu gemar menyantap keju
raclette hangat. Mereka biasanya meletakkan keju di dekat perapian hingga lunak untuk dijadikan sebagai tambahan makanan, seperti pada roti.
Meleleh dikerik
Dilihat dari bentuknya, keju
raclette tak jauh berbeda dengan beberapa jenis keju lain, yakni bundar dan agak pipih seperti roda. Hanya saja, keju ini dibuat dengan ukuran besar dan berat sekitar 6 kilogram. Biasanya keju
raclette dibelah menjadi dua sebelum bagian permukaannya dipanaskan hingga lunak.
Nah, ketika sudah lunak, keju dikerik sedikit demi sedikit sebagai tambahan makanan. Dari pengerikan itulah nama keju ini diambil. “
Raclette” berasal dari kata dalam bahasa Prancis, “
racler”, yang berarti mengerik atau menggores. Hasil kerikan
keju raclette meleleh mirip keju
mozzarella. Namun bedanya, warna
raclette kekuningan dan rasanya lebih gurih.
Pendamping makanan hingga minum wine
Kelezatan keju
raclette biasanya ditambahkan sebagai pendamping bagi hidangan kentang panggang,
souffle, hingga daging panggang, sebagaimana banyak dilakukan oleh resto-resto di Swiss. Tak jarang pula keju ini disajikan sebagai teman menikmati
wine.
Kini gurihnya keju
raclette sudah cukup banyak disajikan oleh gerai-gerai kuliner di Indonesia. Bahkan lumerannya tidak cuma dapat dijumpai mendampingi menu
steak atau kentang, tapi juga sebagai tambahan pada
ramen dan
gyoza.