Wanita Network

Dari Polemik Krisdayanti dan Aurel-Azriel, Menurut Psikolog Perceraian Lukai Anak Meski Mereka Sudah Tumbuh Dewasa

Foto: Pexels

 

 

Belakangan ini, polemik yang terjadi di antara penyanyi Krisdayanti dengan dua anak dari hasil pernikahannya dengan Anang Hermansyah, yakni Aurel dan Azriel, menyita perhatian netizen.

 

Diva Indonesia yang kini menjadi anggota Komisi X DPR RI tersebut disebut-sebut tak kunjung membalas pesan Aurel Hermansyah. Krisdayanti pun memberi sanggahan dengan menyertakan bukti screenshot percakapannya dengan Aurel Hermansyah  di akun Instagram pribadinya (8/6/2020),

 

“Bismillahirrahmanirrahim. Dalam setiap kesempatan sesibuk dan selimit apapun waktu saya, selalu saya upayakan perhatian khusus untuk semua anak-anak baik yang bersama saya maupun aurel & azriel. Apalagi dalam membalas pesan/text yg dikirim untuk saya cepat atau lambat karena HP tidak bersama saya 24 jam. Jadi pada kesempatan ini saya ingin mengklarifikasi berita yg beredar bahwa saya tidak membalas bila ada pesan dari anak saya itu sama sekali tidak benar. Sebaliknya saya merasa bahagia mendapatkan pesan dari mereka dan begitu membaca saya langsung membalas.

 

Saya mohon perhatian pada warganet yang tidak paham akan masalah ini untuk berhenti salah faham dan menyimak baik2 tentang kebenaran sehingga tidak menyudutkan orang lain (suami saya) yang tidak tau apa2, apalagi ikut campur hubungan saya dengan anak2 saya. Yang suami saya lakukan adalah untuk melindungi perasaan anak anak kami amora & kellen yg sudah mulai besar dan faham akan dunia digital & juga anak2 kami yg lain di Dili yg juga turut terluka. Suami saya juga punya anak tiri yang sampai saat ini hubungannya baik sekali bahkan juga sangat menghormati saya sebagai ibu tiri mereka.

 

Beranjak sebagai manusia saya pernah melakukan kesalahan tapi saya berharap kepada anak2 saya dapat mengambil sedikit sisi positif dari saya dan berkata tentang kebenaran. Mohon maaf tulus dari hati saya bila ada yang tersingung dan atas perhatiannya terimakasih,” tulis Krisdayanti.

 

Azriel Hermansyah pun berang. Anak kedua dari pernikahan Krisdayanti dan Anang ini tak terima dengan yang dilakukan ibunya. Azriel lalu menyampaikan keresahannya terhadap sikap Ibunya (Krisdayanti) dan Raul Lemos dalam unggahan di Instagram pribadinya @azriel_hermansyah (8/6/2020). 

 

Mengilas balik, Aurel dan Azriel memang tinggal bersama ayah mereka setelah Krisdayanti dan Anang Hermansyah bercerai pada 2009. Sementara itu, penyanyi  yang akrab disapa KD tersebut kemudian menikah dengan  Raul Lemos dan dikarunia dua anak. Anang Hermansyah kemudian menikah dengan penyanyi Ashanty.

 

Dalam video yang diunggah dikanal YouTube Rian Ekky Pradipta pada 10 Juni 2020, Aurel Hermansyah mengatakan bahwa pengalaman terberatnya selama hidup adalah perpisahan kedua orang tuanya. "Mungkin bukan enggak bisa lupain, ya. Kayak ngebekas saja kali, ya. Selalu ada di bayangan dan buat aku kayak jadi kadang suka trauma atau takut. Pas itu waktu aku kecil, sih, orang tua pisah. Itu, sih, yang kadang masih suka kepikir. Itu karena waktu itu, kan, aku masih kecil, terus tahu. Jadi, pasti kayak gimana gitu, traumanya besar," tutur Aurel.

 

Menurut psikolog Carl Pickhardt Ph.D yang juga penulis buku Who Stole My Child? Parenting Through Four Stages of Adolescences, perceraian memang membuat perubahan yang besar terhadap anak-anak, tak peduli berapa usia mereka. “Menyaksikan hilangnya rasa cinta di antara kedua orang tua mereka yang kemudian meretakkan pernikahan, beradaptasi harus hidup ke sana dan ke sini di antara kedua orang tuanya yang hidup terpisah, serta hilangnya salah satu dari kedua orang tua di dalam hidu sehari-hari, semua menciptakan tantangan yang anak-anak harus jalani,” ujar Carl dalam artikelnya di psycologytoday.

 

Bahkan, pada anak-anak yang tumbuh dewasa pun bisa saja belum bisa menerima dan berdamai dengan kondisi yang buat mereka sangat menyedihkan ini. Pada anak-anak, dunia mereka adalah dunia ketergantungan. "Mereka sangat terkait dengan orang tua, baik sebagai pengasuh maupun peneman, dan keluarga menjadi lokus utama kehidupan sosial mereka," kata Carl. Sementara, pada anak-anak dengan usia dewasa, dunia mereka lebih independent, lebih terpisah dan berjarak dengan orang tua, di mana teman menjadi kompanion utama mereka dan lokus dari kehidupan sosial, di samping keluarga.

 

"Namun, tetap saja, perceraian bisa mengguncang ketergantungan mereka pada orang tua. Perceraian memecah keluarga menjadi dua rumah yang berbeda, bisa menciptakan rasa tidak nyaman, tidak aman, apalagi karena sehari-hari hanya menemukan salah satu orang tuanya saja," lanjut Carl.

 

Sementara, psikolog dari University of California Jann Gumbiner, Ph.D, yang menuliskan pengalamannya sendiri sebagai anak dari keluarga bercerai di psycologytoday.com mengatakan, bahwa perceraian memang bukan sesuatu yang baik.  "Anak-anak -meski anak yang paling pintarpun- sering berpikir bahwa mereka punya andil dalam perceraian kedua orang tua mereka. Banyak anak-anak yang menyalahkan diri sendiri. Saya pun demikian, pernah kehilangan motivasi, nilai pelajarannya menurun, dan tidak belajar merupakan salah satu bentuk pemberontakan, kemarahan dan sikap apatis saya terhadap perceraian kedua orang tua saya," ujar Jann, yang juga melakukan banyak riset dan diskusi dengan anak-anak korban perceraian dan orang tua yang bercerai.

 

Menurut Jann, ada memang teori psikologi yang berkembang pada tahun 70-an, yang mengatakan bahwa perceraian tidak akan berdampak banyak pada anak-anak. Namun, Jann tegas menolaknya. "Menurut saya, anak-anak yang masih rapuh dan sangat dependen itu akan sangat terpengaruh oleh perceraian, karena anak-anak sangat tergantung pada orang dewasa," kata Jann. Ia mengatakan, pada kasusnya, efek itu tetap melekat hingga dewasa. "Saya sendiri ketika melangkah ke gerbang pernikahan, sudah ada pikiran bahwa saya bisa keluar dari pernikahan,” tulis Jann.

 

Kalau memang perceraian itu harus terjadi, Carl menyarankan, agar orang tua tetap menaruh prioritas memastikan bahwa mereka masih tetap ada, termasuk menjalankan rutinitas yang sebelumnya menjadi tradisi dalam keluarga, sehingga mereka merasa bahwa keluarga mereka tetap masih ada. "Ini juga sebagai cara untuk memulihkan rasa kepercayaan dan rasa aman anak-anak bahwa keluarga mereka, ketergantungan mereka, rutinitas mereka tidak hilang," saran Carl. 

 

Kedua orang tua harus bisa menciptakan rutinitas selama anak bersama salah satu pihak, sehingga anak-anak paham mereka harus melakukan apa dan akan memeroleh apa. "Atau ajak anak-anak untuk membuat ritual bersama agar mereka merasa dilibatkan dan bisa menentukan hidup mereka sendiri. Hal ini akan membuat anak-anak tetap merasa terhubung dan dicintai oleh kedua orang tuanya," pungkas Carl. (wn)

 

Baca Juga:

Sempat Bersitegang, Aurel-Azriel Hermansyah Sebut Rasa Sayangnya Pada Krisdayanti Tak Akan Berubah!

 

 

 

Artikel Terpopuler

Emagz