Foto: Paxels
Menurut kepala kantor UNICEF kawasan Bengali Barat, India Md Mohiuddin, menyusui ternyata ada kaitannya dengan perubahan iklim. “Proses produksi pengganti air susu ibu, mulai dari pengemasan, pengiriman dan pengolahan susu menimbulkan emisi karbon seperti CO2 dan metana yang berdampak pada perubahan iklim dan global warming,” ujarnya dalam diskusi yang diselenggarakan UNICEF, Jumat (7/8/2020) seperti dikutip dari TimeofIndia.com.
Sejauh ini, menurut para ahli lingkungan yang juga menjadi narasumber di diskusi tersebut mengatakan bahwa tidak ada susu pengganti air susu ibu yang dalam proses produksinya tidak menyebabkan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.
“Menyusui bukan pilihan gaya hidup tetapi sangat penting untuk kehidupan bayi dan ibu. Selain itu, menyusui juga makanan paling aman secara ekologis. Jadi, mari kita dukungan menyusui sebagai cara untuk menyelamatkan anak-anak dan lingkungan,” imbuh Md Mohiuddin.
UNICEF menegaskan bahwa menyusui itu praktis, sehat, tidak menimbulkan polusi dan memastikan memberikan nutrisi yang sehat bagi bayi. Menyusui bukan hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memastikan bayi bisa tumbuh sehat dan menjadi orang dewasa yang kelak juga sehat.
“Selain itu, menyusui juga menjadi tameng bagi bayi yang lahir dari ibu yang sedang terinfeksi COVID-19,” ujar Dr Kaninika Mitra, ahli kesehatan UNICEF Bengali Barat. (wn)
Baca Juga: