Foto: Unsplash
Menikmati waktu sendiri tidak selalu berakibat negatif. Perasaan kesepian, menurut Larson, R. & Csikszentmihalyi, M. (1978) dalam artikel Experiential correlates of time alone in adolescence yang dimuat di Journal of Personality, merupakan obat yang tidak enak, tetapi membuat orang lebih sehat dalam jangka panjang. Alasannya, karena salah satu fungsi utama kesendirian adalah me-restart emosional.
Rangkaian studi pertama yang dilakukan oleh Reed Larson, meneliti remaja tentang kebiasaan sehari-hari mereka saat sendirian dan bersama orang lain. Para peneliti melacak berapa banyak waktu yang mereka habiskan saat sendirian, serta apakah waktu saat mereka sendiri itu merupakan sesuatu yang diinginkan atau merasa dipaksakan.
Secara keseluruhan, hubungan antara kesendirian dan kesehatan psikologis adalah positif. Remaja yang menghabiskan waktu sendiri dalam jumlah sedang lebih sehat daripada mereka yang menghabiskan waktu lebih sedikit untuk sendirian. Mereka juga melaporkan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi, memiliki tingkat depresi dan keterasingan yang lebih rendah, dan melaporkan merasa lebih baik setelah sendirian.
Penelitian terbaru oleh Nguyen, T. T., Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2018), Solitude as an Approach to Affective Self-Regulation yang dimuat di Personality and Social Psychology Bulletin, menemukan bahwa secara keseluruhan, kesendirian memiliki efek menurunkan tingkat gairah siswa yang tinggi, baik positif maupun negatif. Dengan kata lain, itu memiliki efek menenangkan pada kondisi yang sangat sibuk seperti kecemasan atau kegembiraan. Namun, efek penonaktifan ini juga meningkatkan keadaan gairah rendah, baik positif maupun negatif. Ini berarti bahwa meskipun siswa merasa lebih santai, mereka juga lebih cenderung merasa bosan dan kesepian. Ini menjelaskan mengapa kita sering mencari kesunyian karena efeknya yang menenangkan, tetapi akhirnya merasa murung sementara saat kita sendirian.
Pada dasarnya apa yang diungkapkan oleh kedua penelitian ini, bahwa menyendiri adalah bentuk pengaturan diri, membantu kita menyeimbangkan emosi positif dan negatif. Kita sering terlalu sibuk untuk berhenti dan benar-benar merasakan perasaan kita. Masalah-masalah penting dapat muncul — seputar hubungan, arah hidup, atau masa lalu kita — dan kita mengesampingkannya karena kita tidak punya waktu untuk memikirkannya.
Kemudian ketika akhirnya sendirian dan perhatian kita menjadi terarah, masalah-masalah itu tiba-tiba muncul ke permukaan. Perubahan ini menuntut kita untuk refleksi diri dan itu bagus untuk kesehatan mental kita. Kesendirian membantu kita mengatur suasana hati dan jika kita terus menjalani proses itu, pada akhirnya menawarkan kita pembaruan emosional. (wn)
Menikmati waktu sendiri tidak selalu berakibat negatif. Perasaan kesepian, menurut Larson, R. & Csikszentmihalyi, M. (1978) dalam artikel Experiential correlates of time alone in adolescence yang dimuat di Journal of Personality, merupakan obat yang tidak enak, tetapi membuat orang lebih sehat dalam jangka panjang. Alasannya, karena salah satu fungsi utama kesendirian adalah me-restart emosional.
Rangkaian studi pertama yang dilakukan oleh Reed Larson, meneliti remaja tentang kebiasaan sehari-hari mereka saat sendirian dan bersama orang lain. Para peneliti melacak berapa banyak waktu yang mereka habiskan saat sendirian, serta apakah waktu saat mereka sendiri itu merupakan sesuatu yang diinginkan atau merasa dipaksakan.
Secara keseluruhan, hubungan antara kesendirian dan kesehatan psikologis adalah positif. Remaja yang menghabiskan waktu sendiri dalam jumlah sedang lebih sehat daripada mereka yang menghabiskan waktu lebih sedikit untuk sendirian. Mereka juga melaporkan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi, memiliki tingkat depresi dan keterasingan yang lebih rendah, dan melaporkan merasa lebih baik setelah sendirian.
Penelitian terbaru oleh Nguyen, T. T., Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2018), Solitude as an Approach to Affective Self-Regulation yang dimuat di Personality and Social Psychology Bulletin, menemukan bahwa secara keseluruhan, kesendirian memiliki efek menurunkan tingkat gairah siswa yang tinggi, baik positif maupun negatif. Dengan kata lain, itu memiliki efek menenangkan pada kondisi yang sangat sibuk seperti kecemasan atau kegembiraan. Namun, efek penonaktifan ini juga meningkatkan keadaan gairah rendah, baik positif maupun negatif. Ini berarti bahwa meskipun siswa merasa lebih santai, mereka juga lebih cenderung merasa bosan dan kesepian. Ini menjelaskan mengapa kita sering mencari kesunyian karena efeknya yang menenangkan, tetapi akhirnya merasa murung sementara saat kita sendirian.
Pada dasarnya apa yang diungkapkan oleh kedua penelitian ini, bahwa menyendiri adalah bentuk pengaturan diri, membantu kita menyeimbangkan emosi positif dan negatif. Kita sering terlalu sibuk untuk berhenti dan benar-benar merasakan perasaan kita. Masalah-masalah penting dapat muncul — seputar hubungan, arah hidup, atau masa lalu kita — dan kita mengesampingkannya karena kita tidak punya waktu untuk memikirkannya.
Kemudian ketika akhirnya sendirian dan perhatian kita menjadi terarah, masalah-masalah itu tiba-tiba muncul ke permukaan. Perubahan ini menuntut kita untuk refleksi diri dan itu bagus untuk kesehatan mental kita. Kesendirian membantu kita mengatur suasana hati dan jika kita terus menjalani proses itu, pada akhirnya menawarkan kita pembaruan emosional. (wn)