Foto: Pexels
Pernikahan yang ideal adalah jika setiap pasangan suami dan istri bebas menjadi dirinya sendiri, bebas berpendapat soal kepentingan keluarga, masih punya waktu untuk diri sendiri, punya uang pribadi, dan saling mendukung kesuksesan pasangan. Tapi sejak lama, pria dianggap sebagai kepala keluarga dan memiliki fisik lebih kuat sehingga ‘boleh-boleh’ saja menjadi pihak yang dominan. Sebagai istri, Anda ingin berdiri di samping pasangan sebagai pendamping yang setara. Tapi, bila kenyataannya pasangan Anda lebih dominan, pasti akan membuat Anda tidak nyaman. Jangan khawatir, coba empat cara di bawah ini untuk melunakkan pasangan yang dominan:
Bicarakan berdua
Anda harus berani mengeluarkan pendapat—apalagi jika sudah merasa muak disuruh ini-itu tanpa dimintai pendapat terlebih dahulu. Saat bicara berdua, tidak perlu menunjukkan emosi berlebihan. Anda ingin mengingatkannya, bukan memancing pertengkaran. Biarkan dia mengeluarkan juga pendapatnya, kemudian mencari solusi bersama.
Mogok sementara
Jika pasangan tidak menganggap permintaan Anda cukup serius, coba lakukan hal yang lebih nyata. Misalnya, nih, Anda untuk sementara waktu menunda membalas WA dan teleponnya, tidak memasak selama satu hari penuh, atau pergi bersenang-senang dengan sahabat kita. Semoga dia merasa, ya….
Evaluasi hubungan
Bersyukurlah bila pasangan pelan-pelan mau berubah. Memang prosesnya tidak bisa dalam sekejap mata—yang penting, kan, ada usahanya. Tentukan waktu sebulan sekali untuk ngobrol bareng soal hubungan Anda dan pasangan. Harapannya, sih, keterbukaan ini membuat hubungan Anda dan dia lebih aman, nyaman, plus sehat.
Minta bantuan
Saat sikap pasangan justru semakin dominan, tidak ada salahnya meminta bantuan kepada sosok yang dihormati oleh pasangan. Bisa jadi orang tua atau kakaknya yang pendapatnya lebih didengarkan. Kan, selama tujuannya positif Anda harus mencobanya. Kalau tidak mau juga, mungkin saatnya Anda berdua berkonsultasi dengan konsultan rumah tangga. (wn)