Wanita Network

Perceraian di Tiongkok Meningkat Tajam Setelah Pandemi. Tanya Kenapa

Foto: Pexels

 

Berita mengejutkan datang dari media Tiongkok Sin Chew Daily. Media ini menulis, kasus perceraian setelah pandemi Covid-19 malah meningkat tajam. Dilaporkan, beberapa biro yang memiliki pendaftaran perceraian penuh hingga 18 Maret 2020.

 

Banyak yang berspekulasi bahwa waktu yang lama pasangan menikah terjebak di rumah setelah tindakan karantina menyebabkan fenomena tersebut. Rasa bosan selama sebulan karena karantina menimbulkan konflik. Bisa jadi benar, karena menurut beberapa penelitian, ada beberapa usia pernikahan yang rawan dengan konflik hingga mengakibatkan perceraian.

 

Usia 3 tahun pernikahan

Banyak penelitian mengatakan, usia tiga tahun pernikahan adalah tanda awal memudarnya rasa cinta kepada pesangan. Kondisi ini biasanya diakibatkan karena sifat asli dari pasangan akan tampak. Apalagi jika Anda dan pasangan harus ketemu setiap hari karena ada karantina wabah. Untuk mengantisipasinya, Anda dan pasangan harus bisa menerima kekurangan satu sama lain. Jika Anda sudah bisa menerima kekurangan pasangan, Anda akan berhasil melewati ujian usia tiga tahun pernikahan.

 

Usia 5 tahun penikahan

Setelah lima tahun bersama dan kemudian terjebak dalam karantina wabah, ada dua hal yang bisa menyebabkan konflik. Pertama, bagi pasangan yang belum punya anak, tahun kelima merupakan ujian tersulit. Pertengkaran bisa terjadi karena salah satu dari pasangan akan menyalahkan karena belum memiliki keturunan. Kedua, bagi pasangan yang sudah memiliki anak, persoalan akan timbul karena beban tanggung jawab yang bertambah. Apalagi jika penghasilan berkurang karena kena dampak karantina wabah.

 

Usia 7 tahun pernikahan

Meski sudah merasa saling mengenal satu sama lain, usia tujuh tahun pernikahan merupakan fase yang menjebak. Inilah masa setiap pasangan merasakan kejenuhan dengan rutinitas tiap hari. Bayangkan saja, jika Anda dan pasangan harus karantina wabah yang artinya selama beberapa bulan Anda harus ketemu dengan pasangan, rasa ego, krisis keuangan, hingga biaya pendidikan anak yang semakin mahal, bisa menimbulkan kebosanan yang akut.

 

Kunci untuk melewati masa-masa rawan usia pernikahan ini adalah komunikasi satu sama lain dan saling mendengarkan. Sumeleh, kalau kata orang Jawa. (wn)

Artikel Terpopuler

Emagz