Foto: Pexels
Berbagai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19 mengakibatkan terbentuknya tatanan kehidupan normal baru (new normal) bagi masyarakat. Semua lapisan masyarakat akan berhadapan pada beberapa perubahan yang sudah terjadi dan ke depan akan terus menjadi kebiasaan masyarakat, yaitu pola dan gaya hidup sehat dan masyarakat akan lebih melek serta digital savvy (cerdas digital). Perubahan yang sebelumnya tidak disangka dapat terjadi akibat pandemi Covid-19. Demikian dikatakan oleh Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa & Kerajaan Tonga, H.E Tantowi Yahya dalam opening statement-nya di webinar Thousand Ways Towards Recovery. What We Can Learn From Today, Kamis (21/5/20) melalui aplikasi Zoom.
Tantowi menyampaikan bahwa masyarakat Selandia Baru menanggapi a new normal era ini yaitu new normal sudah menjadi bagian dari kebiasan baru tanpa disuruh pemerintah. Ada 3 hal yang melatarbelakangi kesuksesan pemerintah Selandia Baru, antara lain:
Kesiapan – membuat negara siap dengan berbagai ancaman. Pemerintah menghasilkan legislasi untuk payung hukum. Lalu apa yang harus dilakukan? Komunikasi yang efektif antara pemerintah dengan masayarakat. Di Selandia Baru semua informasi disampaikan oleh dua orang yakni Perdana Menteri dan Dirjen Kesehatan. Tatanan informasi yang diberikan oleh Perdana Menteri melalui update di facebook pribadinya terkait perkembangan dan kebijakan yang akan diterapkan oleh pemerintah Selandia Baru.
Kolaborasi – unsur dalam pemerintahan harus kompak, dari krisis Christchurch dan sekarang Covid-19. Mempunyai kebijakan yang tepat menjadi hal yang sangat tepat, salah satunya komunikasi publik yang dilakukan oleh negara kecil Selandia Baru sangat efektif. Spokesperson harus berbasis data. Penyampaian spokesperson menjadi obat bagi masyarakat.
Partisipasi – masyarakat mendukung dengan sangat disiplin, patuh dengan peraturan pemerintah. Dalam menyongsong lockdown sangat dibutuhkan dan berhasil di negara Selandia Baru.
Selanjutnya Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok & Mongolia, H.E Djauhari Oratmangun memaparkan 7 kunci keberhasilan China dalam mencegah penyebaran Covid-19:
1. Full response – tindakan yang diambil untuk me-lockdown Wuhan sehingga tidak menyebar ke kawasan lain dan dunia. Membangun 16 RS sementara dengan waktu yang singkat dengan kapasitas 13 ribu orang dalam waktu pengerjaan selama 2 minggu.
2. Max mobilitation - karena epicentrumnya di Wuhan, dilakukan pairing up support, di mana provinsi-provinsi bergotong-royong dan mengalihfungsikan pabrik-pabrik menjadi industri alat kesehatan (pembuatan masker, dll).
3. Political determination - Perdana Menteri membentuk satuan tugas nasional.
4. Physical distancing – menetapkan kebijakan kepada masyarakat untuk tetap di rumah, meliburkan semua aktivitas belajar untuk belajar dari rumah, dan membatalkan semua event yang melibatkan massa.
5. Social safety net - memastikan ekonomi nasional tidak terdampak dan dilakukan beberapa stimulus dan memberi dana khusus terutama UMKM agar tidak collapse. Pasokkan logistik melalui distribusi online, layanan kesehatan online.
Baca juga: Stimulus Bagi Masyarakat dan Dunia Usaha Untuk Menanggulangi Dampak COVID-19
6. Transparency and coordinated action – pemerintah China selalu menginformasi secara terbuka kepada masyarakat selama 24 jam/7 hari.
7. Power of sains and technology – pembuatan vaksin, obat herbal, melakukan uji coba klinis, terapi plasma, dll. China memanfaatkan robot untuk menyemprot disinfektan dan smart helmet untuk mengukur suhu. Upaya ini dilakukan untuk tetap memonitor kesehatan penduduk tanpa kontak fisik. Semua lapisan masyarakat China disiplin terhadap peraturan pemerintah pusat sampai yang terendah seperti pengurus apartemen, dan lain-lain. Ada sanksi sosial bagi pelanggar bila melanggar aturan tersebut akan ditolak oleh lingkungan sekitanya.
Selain itu, Dewan Redaksi Media Grup sekaligus Tim Gugus Tugas Covid-19, Suryopratomo, menegaskan dalam pembukaan materinya bahwa rumah Indonesia saat ini sedang terbakar, semua orang berfokus kepada bagaimana memadamkan api.
Indonesia dengan persoalan ini harus bisa menyelesaikan. Gugus tugas berupaya untuk masyarakat menjaga kesehatannya sendiri, bila yang sudah terkena Covid-19 baru dilarikan ke tim medis. Karena tidak semua bisa bertumpu kepada medis. Namun, perjuangannya belum selesai karena masyarakat mulai merasa Covid-19 bukan bencana. Sehingga tantangan di Indonesia adalah kelemahan disiplin.
Di akhir webinar ini Suryopratomo menyampaikan kepada seluruh Perhumas Indonesia, “Di tengah ketidakkompakan melawan Covid-19, saya beserta Tim Gugus Tugas bersyukur bertemu anak-anak muda yang tidak lelah mencintai Indonesia. Ada enam dokter yang mau mengisi di RRI (Radio Republik Indonesia) untuk mengedukasi apa yang boleh atau tidak boleh untuk menghindari penyebaran covid-19. Generasi muda tersebut membangun sistem IT untuk tracking penyebaran covid-19.”
Webinar yang digelar oleh Perhumas Indonesia ini dihadiri pula oleh Dr. Dorien Kartikawangi, Ketua Bidang Riset & Kompetensi Perhumas (wn)